Metronews.co.id - Sulit untuk mendeteksi perubahan otak pada pasien Alzheimer bila belum benar-benar terbentuk plak. Padahal ketika sudah muncul plak, itu berarti pasien sudah dalam keadaan terburuk atau bahkan meninggal dunia.
Untungnya peneliti dari University of California telah menemukan teknologi scan terbaru yang dapat mengenali plak amyloid dan protein tau yang selama ini menjadi penyebab Alzheimer di otak seseorang, bahkan yang gejalanya belum kelihatan sama sekali.
Teknologi ini berupa scanner bernama 'positron emission tomography' (PET) yang dapat memperlihatkan perubahan pada organ maupun jaringan hingga ke sel-sel terkecilnya. Kemajuan ini jelas lebih pesat karena scan otak yang dipergunakan saat ini hanya bisa mengamati penurunan jumlah sel dalam otak atau mengecek ada tidaknya gejala yang dipicu kondisi lain semisal tumor.
"Temuan kami ini adalah yang pertama berhasil memperlihatkan plak pada pasien Alzheimer yang tidak hanya hidup tetapi juga tidak memperlihatkan gejala penurunan kognitif," ungkap salah satu peneliti, Dr William Jagust dari School of Public Health, UC Berkeley.
Alat ini juga sudah diujicobakan pada 53 orang dewasa. Lima di antaranya berusia sedikit lebih muda, 33 orang pensiunan tetapi tidak mengalami gejala neurodegenerasi, dan 15 orang diduga mengidap Alzheimer. Ternyata peneliti bisa membedakan mana dari orang-orang ini yang berisiko Alzheimer dan mana yang tidak, atau mengalami gangguan kognitif lain.
Baca juga: Dikira Gejala Alzheimer, Sulit Berkata-kata Juga Bisa karena Gangguan Langka
Fakta lain yang ditemukan peneliti adalah bukan hanya plak amyloid saja yang berperan dalam memicu Alzheimer, tetapi juga protein bernama tau. Bila protein ini menjadi kusut dan membelit sama lain, maka kemampuannya untuk menopang koneksi antarsel otak ikut terganggu.
Namun dengan scan PET, peneliti memastikan bahwa seiring dengan pertambahan usia, protein tau pada otak seseorang 'menumpuk' di bagian otak bernama medial temporal lobe di mana hippocampus dan pusat memori berada. Tetapi ketika protein tau mulai merambah ke area lain, maka gejala penyakit Alzheimer bakal mulai menyerang.
"Kami hanya bisa katakan ketika amyloid mulai muncul, kami juga melihat protein tau di bagian otak lainnya, dan saat itulah masalah yang sebenarnya datang," simpul Jagust seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (4/3/2016).
Ia menambahkan, tidak menutup kemungkinan bila protein tau dan plak amyloid bekerjasama untuk memunculkan penyakit Alzheimer. "Entah amyloid yang memfasilitasi persebaran protein ini atau protein taunya yang menginisiasi pengendapan dari amyloid. Itu masih jadi misteri bagi kami," imbuh Jagust.
Sayangnya karena percobaan yang dilakukan hanya melibatkan partisipan dalam skala kecil, peneliti belum benar-benar yakin dengan temuan mereka. [DTK]