Metronews.co.id - J.W Saputro mengaku bungah. Lelaki 52 tahun yang lebih ingin dipanggil sebagai ‘tukang kompor’ itu akhirnya berhasil menyaksikan karya anak bimbingannya berupa eksperimen mengorbit di luar angkasa.
Ya, Sabtu pukul 17.51 waktu setempat, Cygnus (kapal kargo) yang mengangkut 2,5 ton beban termasuk perangkat eksperimen micro-lab anak didiknya berhasil ‘ditangkap’ lengan robot yang menjulur dari International Space Station (ISS), tiga hari setelah mengangkasa dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Saputro mengatakan beban berton-ton tersebut dibawa rocket Atlas 5. “Ini merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan di luar angkasa yang pertama kali dari Indonesia yang justru dilakukan para peneliti dari SMA,” kata Saputro kepada CNN Indonesia.com, Ahad (27/3).
Ada dua eksperimen yang dibawa roket Atlas 5. Yang pertama adalah eksperimen mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi dalam posisi hampir nol gravitasi. Eksperimen ini disiapkan siswa SMA Unggul Del di Laguboti, Sumatera Utara. Karya ilmiah ini menurut Saputro adalah pendahuluan sebelum pihaknya meluncurkan bagaimana menanam tempe di luar angkasa.
Adapun eksperimen kedua yang dibawa ke ISS adalah mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa. Ini dipersiapkan tim gabungan SMA dari Jakarta, Bandung, Jayapura.
“Kedua kelompok siswa ini menyiapkan lab mikro eksperimen dalam waktu 6 bulan,” kata Saputro. Setelah itu katanya eksperimen ini mendapat lampu hijau tes penerbangan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang membolehkan eksperimen ini diluncurkan ke ISS.
Perangkat micro-lab yang dirancang siswa SMA tersebut dilengkapi kamera digital, sensor, dan micro-controller, sehingga pertumbuhan ragi dan padi selama eksperimen berlangsung dapat diamati dari bumi atau di manapun tempat asal terhubung dengan Internet. Hal itu bisa dilakukan dengan mengunduh foto-foto dari micro-lab yang dipancarkan dari ISS ke bumi.
Saputro mengaku beruntung bisa membawa eksperimen anak-anak binaannya ke luar angkasa. Hal ini dikarenakan hubungannya yang sudah terjalin dengan koleganya para pensiunan NASA. Pensiunan itu awalnya menawarkan dirinya untuk bisa mengirim eksperimen anak SMA ke atas.
Eksperimen ini katanya sudah pernah dilakukan anak-anak di California. “Ongkos kirim barang ke luar angkasa normalnya seharga Rp 4 miliar per kilogram. Namun kita mendapat diskon khusus. Khusus biayanya kami dapat dari para donatur,” ujar Saputro.
Bagi Saputro keberhasilan ini merupakan langkah awal pihaknya dalam berinvestasi buat masa depan. Ia melihat mayoritas penemuan ilmiah ditemukan para peneliti luar negeri. Ia ingin melihat suatu hari nanti anak negeri bisa membuat Indonesia bangga dengan menemukan penelitian yang berguna bagi manusia.
“Kita (Indonesia) sudah memiliki beberapa ahli peneliti. Tapi kita perlu lebih banyak lagi,” kata lelaki yang menghabiskan 21 tahun berada di Abang Sam sebagai pendidik itu.
sumber : CNN Indonesia