Metronews.co.id - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso atau akrab disapa Buwas mengakui ia pernah menyebut ada oknum BNN, TNI dan Polri yang terlibat dalam bisnis peredaran Narkoba di Indonesia.
Pernyataan itu disampaikannya saat berkunjung ke markas Slank pada12 Januari 2015 lalu.
"Iya betul (saya bilang begitu), tapi saya bilang karena saya bisa membuktikan ada, oknumnya ada," kata Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (4/8/2016).
Hal ini disampaikan Budi menanggapi meme yang kini beredar luas di media sosial. Meme tersebut membandingkan pernyataan Budi dengan Koordinator Kontras Haris Azhar yang sama-sama menyebut adanya oknum aparat yang terlibat bisnis narkoba.
Namun bedanya, tak ada yang meributkan pernyataan Budi. Sementara Haris kini dilaporkan oleh Polri, BNN dan TNI ke Bareskrim Polri atas langkahnya yang membeberkan curhat Bandar Narkoba yang sudah dieksekusi mati, Freddy Budiman, di media sosial.
Curhat Freddy yang ditulis Haris itu mengungkap bahwa ada oknum Polri, BNN, TNI hingga bea cukai yang membantu Freddy berbisnis narkoba dari balik jeruji besi.
"Memang (pernyataan saya dan Haris) senada, tapi kan kalau saya waktu itu bicara dengan Panglima TNI dengan Kapolri. Saya sudah punya datanya sehingga Panglima merespon dan melakukan langkah-langkah itu untuk membuktikan itu sesuai dengan kewenangannya TNI, dan terbukti. Sama dengan di Polri," ucapnya.
Sementara pernyataan Freddy saat ini, lanjut Buwas, baru sebatas informasi dan pengakuan semata. Belum ada bukti yang bisa digunakan untuk menelusuri hal tersebut.
Meski begitu, Budi memastikan pihaknya akan menyelidiki tuntas pengakuan Freddy. Ia menyebut bahwa BNN kini sudah membentuk tim untuk menindaklanjuti pengakuan Freddy itu.
Sebelumnya, Haris Azhar mendapatkan kesaksian dari Freddy Budiman terkait adanya keterlibatan oknum pejabat BNN, Polri, TNI dan Bea Cukai dalam peredaran narkoba yang dilakukannya.
Kesaksian Freddy, menurut Haris, didapat pada masa kesibukan memberikan pendidikan HAM kepada masyarakat pada masa kampanye Pilpres 2014. Menurut Haris, Freddy bercerita bahwa ia hanyalah sebagai operator penyelundupan narkoba skala besar.
Saat hendak mengimpor narkoba, Freddy menghubungi berbagai pihak untuk mengatur kedatangan narkoba dari China.
"Kalau saya mau selundupkan narkoba, saya acarain (atur) itu. Saya telepon polisi, BNN, Bea Cukai, dan orang yang saya hubungi itu semuanya titip harga," kata Haris mengulangi cerita Freddy.
"Bahkan saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang 2 di mana si jenderal duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh narkoba. Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun," ucap Freddy.
Sumber :