Jakarta, Gejala autisme sejatinya dapat dideteksi oleh orang tua. Nah, ketika ayah, ibu, atau anggota keluarga lain curiga anak memiliki autisme, apa yang semestinya dilakukan?
Diungkapkan psikolog anak yang baru-baru ini melakukan studi tentang autisme di Indonesia, Febri Sidjaja PhD, jika orang tau mencurigai ada gejala autisme yang dialami anak, disarankan untuk membawa anak ke psikolog anak, dokter anak, atau psikiater anak dan remaja.
"Dan kalau bisa dokternya yang biasa menangani kasus autisme. Patut diingat, anak umur dua tahun yang belum bisa bicara itu belum tentu autisme. Terlambat bicara bisa menjadi salah satu ciri, tapi nggak semua anak terlambat bicara autisme. Biasanya ada gejala lain," kata wanita yang akrab disapa Febri ini saat berbincang dengan detikHealth.
Lebih lanjut, Febri menjelaskan ciri-ciri autisme sebenarnya bisa dilihat dari muculnya hambatan saat anak melakukan interaksi sosial. Misalkan, ketika anak diajak berinteraksi, tidak ada interaksi timbal balik yang ia lakukan. Kemudian, kurang terjadi kontak mata, anak tidak bisa bermain dengan anak seusianya, dan anak seperti hidup di dunia sendiri.
"Lalu, ada hambatan dalam komunikasi, entah terlambat bicara atau jika bicara seperti bahasa planet, suka mengulang-ngulang ucapan orang lain, ataupun menjawab tapi tidak sesuai konteks. Selain itu, anak yang suka melakukan gerakan berulang, atau suka sesuatu yang tidak wajar secara aneh dan terus menerus,
Suka sesuatu yang tidak wajar dicontohkan Febri ketika anak suka sekali menghafal jadwal kereta api atau menonton bagian akhir sebuah iklan berulang kali. Febri menambahkan, komordibiti atau gangguan penyerta anak dengan autisme umumnya adalah Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), epilepsi, dan alergi.
"Tetapi biasanya yang paling sering itu ADHD. ADHD itu anaknya aktif sekali, karena memang ada masalah di otak yang menyebabkan dia tidak bisa diam. Atau dia tidak bisa memusatkan perhatiannya dan kehilangan kontrol pada perilaku dan perasaannya," pungkasnya.
sumber : detik